Mengeja Bait Pelangi
Untuk kalian para ‘pelangi’, yang
telah mengajarkan ku arti CINTA itu apa...
Kawan,
kau tahu rupa pelangi bukan? Ya, pelangi indah itu dirangkai dengan berbagai
warna. Bias warna itulah yang terlihat mempesona. Yang ku tahu, pelangi punya 7
warna. 7 warna yang saling berpadu, 7 warna yang tak pernah berebut tempat
untuk hadir lebih dulu, dan 7 warna yang dengan perpaduannya, mampu menciptakan
keindahan luar biasa di langit biru muda. Setidaknya warna-warna yang kutahu adalah
MEJIKUHIBINIU. Pada setiap warna punya arti masing-masing. Dan disini aku
mengenal warna itu lebih dalam. Mungkin terdengar aneh memang, namun tak
seperti kedengarannya. Di Solo Mengajar inilah aku lihat pelangi
indah itu terpancar. Ya, tepatnya di Rumah Mengajar Jebres. Aku mengenal bias indah itu lewat anak- anak
yang ku temui disana. Aku ingin dunia tahu, pelangi yang ku temui berbeda dari
biasanya. Ya. Karena ini ‘pelangi luar
biasa’.
Awal mula aku mengenal ‘pelangi’
Masih
lekat betul dalam ingatan, bahwa dulu aku benar-benar tak tahu. Apa itu Solo
Mengajar, dan segala hal tentang itu semua. Mencoba untuk menjadi cerdas, maka
aku mencari tahu istilah itu dan apa yang terkandung didalamnya. Dan kini aku
tahu apa itu Solo Mengajar. Aku mencoba untuk lebih tau, dengan cara menjadi
bagian darinya, hal pertama yang kulakukan adalah dengan mengikuti open recruitment volunteers Solo
Mengajar bulan Agustus kemarin.
Aku
masih ingat betul, saat pengisian formulir, aku mengisinya dengan ragu- ragu.
Ragu karena takut memulai hal baru, yang belum secara pasti aku mengenalnya.
Namun dorongan hati menuntun ku untuk mengisi tiap inci pertanyaan. Kisah
keraguan tak cukup berhenti disitu. Awal baru justru dimulai pada saat
pengumuman. Tertulis jelas nama ku tercantum disana. Dan itu berarti aku lolos
ikut seleksi berikutnya. Seleksi awal dimulai dengan wawancara. Saat itu, aku
masih ragu antara ingin melanjutkan ataupun ingin mundur. Namun teman
seperjuangan ku, Rahwiku namanya. Mengajak ku untuk tetap ikut dan
melanjutkannya. Ada cerita lucu dibalik keberangkatanku menuju lokasi
wawancara. Pada saat itu aku berkendara motor dengan Wiku, karena buta arah,
aku dan Wiku tersesat mencari alamat. Aku masih ingat betul, jalan yang harus
kami tuju adalah Jl. Nangka Raya, namun justru jalan dengan nama buah lain yang
kami temukan. Lucu memang jika kami yang tak tahu bahwa plang nama jalan
sangatlah kecil, dan tak terlihat dari sisi jalan. Kami harus mencari dengan
jeli dimana jalan itu persisnya. Setelah bertanya, tak lama kemudian kami
temukan tempat itu dengan tepat.
22
Agustus 2014, Pukul 14:00 WIB…..
Pada
tanggal dan jam itu aku ingat betul, tanggal dimana wawancara pertamaku
dimulai. Kau tahu siapa yang mewawancarai ku? Tak lain dan tak bukan adalah
kawan yang mungkin kalian kenal. Kak Indro namanya, tak tahu persis siapa nama
lengkapnya, namun ia adalah seseorang yang dengan sabar mewawancarai ku. Dengan
nada yang halus ia menanyai setiap inci pertanyaan, dan dengan nada yang sama pula
aku menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Walau sebenarnya saat menjawab aku
merasa nervous. Setelah
hari wawancara berlalu, dua hari berikutnya awal baru dimulai, dimana pada saat
itu aku benar- benar terdaftar menjadi bagian dari Solo Mengajar sebagai volunteer. Dan Saat itu pula aku
terdaftar menjadi bagian dari Rumah Mengajar Jebres. Dan cerita ‘pelangi’ baru
akan segera dimulai, pelan namun pasti, mengeja ‘pelangi’ itu menyenangkan…..
Kuperkenalkan ‘pelangi luar biasa
itu’……
Pertama
kali aku mengajar di sana, aku merasa gugup. Baru kali ini aku berada ditengah
anak- anak yang benar-benar tak ku kenal. Rasanya itu, seperti manusia
prasejarah yang baru keluar ke masa milenium, terlihat asing dimata mereka dan
juga terlihat aneh. Mungkin dalam benak mereka, mereka bertanya- tanya, siapa
aku dan dari mana asalku. Begitu pula dengan diriku.
Aku
pernah dengar pepatah yang mengatakan tak
kenal maka tak sayang. Kiranya pepatah itu yang mendorong ku untuk berani
berkenalan dengan mereka semua. Tak semua anak yang kuhafal, karena
keterbatasan memori, hanya beberapa yang ku ingat. Satu bulan pertama mengajar,
aku masih sedikit canggung menghadapi mereka, bulan berikutnya aku mulai berani
berinteraksi akrab, dan hingga saat ini mereka telah mengenal ku. Ada satu hal
aneh yang kurasa saat aku mulai mengajar di RM Jebres, hal itu adalah ketika
aku di rindukan oleh adik-adik, karena tak dapat hadir untuk mengajari mereka, ketika
itu pula aku merasa kecewa. Kecawa karena tak dapat menemani, dan kecewa karena
aku merasa ingkar janji. Namun aku tak lantas terpaku dengan rasa kekecewaan
itu. Setidaknya dari rasa itu, aku tahu bahwa kehadiranku dinantikan dan aku
diterima menjadi bagian dari mereka.
Oh
ya, awal mula aku mengenal pelangi telah ku uraikan, dan sekarang kau harus tau
siapa saja pelangi yang kutemui disini, dan akan ku eja satu persatu pelangi
itu….
#Pelangi pertama yang ku sebut
merah
Pelangi
pertama yang ingin ku perkenalkan adalah Pelangi berwarna merah, kau tahu arti
warna merah bukan? Merah itu berani, merah juga bisa berarti pantang menyerah.
Setidaknya makna itu yang ku tahu. Aku melihat sosok merah ada pada anak yang
bernama Alfian, tak tahu persis siapa nama lengkapnya. Dia anak kelas 6 yang
ikut belajar di Rumah Mengajar Jebres. Dan mengapa Afian ku sebut merah? Hal
ini berkaitan dengan hobinya yang suka mengganggu, tapi yang ku tahu dia bukan
anak yang nakal. Alfian selalu saja memberontak ketika belajar. Dia cukup
pandai dalam bidang matematika. Itu ku ketahui dari transkrip nilai ujian
Tryoutnya. Alfian yang ku kenal adalah anak yang sebenarnya baik, namun sedikit
pemberontak. Dia anak yang berani, dan pantang menyerah. Buktinya, ketika ku
minta ia mengerjakan soal matematika yang sulit, ia mau mengerjakan dan tak
mengeluh sedikitpun. Ketika jawaban itu dirasa belum benar, maka ia akan gigih
mencari jawaban benarnya sampai ketemu. Dari situlah aku melihat bias merah pelangi
ada dalam didirinya.
#Pelangi kedua yang kusebut jingga
Pelangi
kedua lebih indah warnanya, dari pada merah. Bukan berarti merah itu tak indah.
Jingga merupakan perpaduan warna merah dan kuning, dari perpaduan itulah
tercipta harmonisasi yang indah yang membentuk warna baru. Yang kutahu warna
jingga itu berarti keceriaan. Jingga yang ku kenal kali ini terbias dari sosok
anak yang ku kenal. Ia gadis kecil manis yang bernama Shasa. Tak tau persis
siapa nama lengkapnya. Yang kutahu, ia adalah anak kelas 4. Terlihat jelas bias
keceriaan jingga terpancar dari dirinya, pertama aku melihatnya, ia sangat
manis, penuh percaya diri dan selalu ceria. Saat itu aku ingat betul, untuk
pertama kalinya Shasa menjabat tanganku dengan hangat, ia bertanya siapa namaku
dan dari mana asalku. Dengan raut wajah yang polos, ia memintaku untuk
mengajarinya PR Bahasa Indonesia. Dengan hangat pula aku menyambutnya. Ku ajari
dia dan dia menuruti semua yang kuajarkan. Dari sanalah ku lihat bias jingga
ada dalam dirinya.
#Pelangi ketiga yang kusebut kuning
Pelangi
yang ketiga ini tak kalah indah dengan bias warna merah dan jingga. Karena
sejatinya setiap warna punya keindahannya masing- masing. Warna kuning yang kutahu
adalah warna matahari, dalam warna itu terdapat makna semangat dan energik.
Seperti matahari yang selalu semangat menyinari dengan teriknya. Dan kali ini bias
warna kuning kutemui dari sosok anak yang bernama Debi, gadis kecil yang
konstur tubuhnya lebih besar dariku. Debi adalah anak kelas 5. Dalam diri Debi ku temui semangat
yang menggebu, Debi adalah anak yang periang, hal ini terlihat dari perilaku dan
pola tingkah lucunya. Aku sering memanggil Debi dengan pipi bakpau, aku selalu
merasa gemas jika melihanya, ingin rasanya mencubit pipinya. Namun tak kuasa
untuk kulakukan. Setidaknya, semangat Debi tertular dalam diriku. Setiap kali
merasa malas untuk mengajar, semangat Debi tiba- tiba menyadarkanku untuk tetap
semangat.
#Pelangi keempat yang kusebut hijau
Pelangi
yang keempat berwarna hijau, warna yang identik dengan alam dan kesuburan. Pelangi
yang keempat juga tak kalah indah dengan bias warna lainya. Warna hijau yang
kutahu adalah warna alam, dalam warna itu terdapat makna kenyamanan dan
ketentraman. Dan kali ini bias warna hijau ku temui dari sosok anak yang
bernama Safira, gadis kecil kelas 5 yang baru- baru ini kukenal. Dalam diri Safira
kutemui kenyamanan dan ketentraman, Safira adalah anak yang pendiam, dia manis
dan berparas cantik, tak hanya itu ia memiliki suara yang lembut dan alunan
nada yang merdu saat berbicara. Ia anak yang penurut, tak suka membantah dan
patuh terhadap perintah. Bias warna kenyamanan dalam diri Safira terpancar
begitu kuat.
#Pelangi kelima yang kusebut biru
Pelangi
punya banyak warna yang terpancar, dari semua warna pelangi, warna inilah yang
paling kusuka. Warna ini yang kutahu mempunyai arti ketenangan, biru identik
dengan laut yang membawa kedamaian saat melihat ketanangan gemercik ombaknya.
Selain ketenangan biru juga identik dengan kebijaksanaan. Tentu kau tahu arti
bijaksana, bijaksana yang ku tahu berarti bijak dan cermat dalam berpikir. Dan
kali ini bias warna biru itu kutemui dari sosok anak yang bernama Tasya, gadis
kecil yang konstur tubuhnya lebih tinggi dariku. Tasya anak kelas 6, dia adalah
teman sebaya Alfian si pemberani. Dalam diri Tasya kutemui arti kebijaksanaan,
Tasya adalah anak yang pendiam, namun dia juga pribadi yang menyenangkan, dalam
dirinya kebijaksanaan itu terpancar lewat perilakunya sesama teman, ia bahkan
tak segan untuk membantu. Dari Tasya juga aku belajar arti toleransi. Toleransi
antar umat beragama. Salut memang jika mereka yang masih kecil, sudah tahu apa
itu arti toleransi, tak hanya arti harfiah namun telah benar- benar tahu bagaimana
caranya bertindak. Dan dari diri Tasya,
aku melihat jelas bias pelangi biru.
#Pelangi keenam yang kusebut nila
Pelangi
yang satu ini belum jelas aku mengejanya. Namun yang aku tahu nila itu berarti kesederhanaan.
Kesederhanaan yang ku lihat ada dalam diri anak bernama Devina, Devina yang ku kenal
adalah anak yang sederhana, anak yang polos dalam berperilaku. Dari Devina juga
aku belajar arti kejujuran, kejujuran dalam berperilaku dan kejujuran untuk
tidak memendam apapun. Jika kau merasa senang maka utarakan. Setidaknya itu
yang kulihat ada dalam diri Devina.
#Pelangi ketujuh yang kusebut ungu
Pelangi
terakhir ini adalah penutup dari bias warna. Ungu yang ku tahu adalah warna
yang melambangkan kemewahan. Mewah tak harus glamour, mewah juga dapat diartikan kesempurnaan. Ungu adalah
pelengkap dari semua warna yang ada di pelangi. Sempurna jika ketujuh warna
muncul dan melebur menjadi satu. Bias pelangi inilah yang terlihat pada semua
anak-anak di Rumah Mengajar Jebres, mereka merupakan pelengkap dari semua bias
keunikan warna pelangi. Dari ungu aku mengeja arti keselarasan. Dan dari sini
pula aku tahu arti kebersamaan.
Dari
pelangi aku mengeja kehidupan, walau beraneka ragam tetap dapat
berselaras. Pada detik ini aku masih
bisa membaca bias pelangi itu dimata mereka anak-anak Rumah Mengajar Jebres. Terima
kasih untuk kalian semua yang telah mengajarkanku arti itu semua. Dan kini
kutemukan fokusku bersama mereka.
Mengeja
bait pelangi……
Coba kau hitung ada berapa warna
dalam pelangi,
Tentu tak hanya satu, namun banyak
warna
Yang kutahu warna indah itu ada 7
warna,
Merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu
7 warna yang kemudian berpadu dan
tak beradu tempat untuk hadir lebih dulu
7 warna yang dengan ikhlas patuh
terhadap ketetapan sang pencipta
7 warna yang dengan selaras tahu
kapan harus muncul dan kapan harus memisahkan diri
7 warna yang dengan perpaduannya
mampu menciptakan keindahan dilangit biru muda....
Dari pelangi aku tahu arti
keberanian, keceriaan, semangat, ketentraman, ketenangan, dan kesederhanaan
………………
Mengeja bait ‘pelangi’ dari Solo
Mengajar
Mengeja makna ‘pelangi’ dari mereka
anak-anak RM Jebres
28 November 2014
1:15 wib
Surakarta
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu, dan kritik aku