Cerita sang Pemimpi(n)

Cerita sang Pemimpi(n) 

Dok. Pribadi
Saya mungkin belum merasakan betapa berartinya eksistensi saya di dunia, sebelum bertemu dengan anak-anak ajaib ini. Uforia kebahagian terasa berbeda, dilihat dari sudut pandang yang berbeda pula. Sudah kurang lebih 9 bulan saya bergabung dengan organisasi sosial ini. Dan kebetulan organisasi yang saya ikuti bergerak pada bidang pendidikan. Adik didik saya memang tidak banyak. Dihitung dengan jari tangan pun sudah lebih dari cukup. Tapi mereka sudah lebih dari cukup sebagai pelengkap keseharian. Sekilas tak ada yang berbeda dari adik didikku itu, mereka tetaplah anak-anak kebanyakan, ceria belajar dan riang bermain mereka seperti anak-anak pada umumnya. 

Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19:00, suasana riuh celoteh mereka membuat suasana malam itu terasa begitu berbeda, atmosfer suhu canda begitu terasa memanas ketika sebelumnya saya harus menghandle sekian banyak anak sendirian, untuk kemudian para teman vols lain datang dan membantu. Setelah itu saya masih harus menasihati mereka yang jail dan susah untuk diatur. Tak menjadi masalah memang, karena pada akhirnya mereka akan lelah sendiri dan memilih untuk diam dan menurut. Hal itu terkadang menjadi nilai tersendiri bagi kami yang membuat kami merasa sedikit tenang. 

Suatu ketika saya iseng bertanya mengenai cita-cita kepada adik-adik luar biasa ini, ku tanya apa cita-cita mereka. Dan banyak hal menarik dari perbincangan kami disini. Pada moment yang bersamaan, saya menemani anak kelas 3 yang masih ingin serius belajar karena senin depan mereka harus ujian, disela-sela mengerjakan lembar soal kutemui materi mengenai pahlawan 1945 yang dibalut dengan nuansa sejarah yang jujur sayapun kurang memahami. Sayapun iseng bertanya kepada adik-adik kelas 3 mengenai cita-cita atau mimpi mereka. Memang tidak ada keterkaitan dengan materi yang kami pelajari malam itu, namun hal itu mengundang rasa ingin tahu saya tentang keseriusan mereka dalam mengejar cita-cita. Ada dari mereka yang bercerita bahwa ia ingin jadi Dokter gigi, ada pula yang ingin jadi Penari dan ada pula yang ingin menjadi Guru. Apapun itu kedengarkan cerita mereka dengan seksama. 

Suatu ketika di tengah percakapan kami ada seorang dari kelas 5 yang bercelotoh menyambung perbincangan kami tentang cita-cita yang kutanyakan.  "mbak, aku seneng gambar karo nyanyi, ning aku yo seneng dagel mbak, trus aku cocok dadi opo?" (mbak, aku senang menggambar dan menyanyi, tapi aku juga senang lelucon atau berkomedi, lantas saya cocok jadi apa?) ucapnya pada saya dengan nada bertanya dengan wajah lugunya.  “ya ikuti saja apa yang menjadi kegemaranmu, apapun itu entah menjadi penyanyi, pelukis, atau bahkan komedian. Itu tak jadi masalah selama kamu bisa bertanggungjawab dengan pilihanmu itu, kelak kamu akan sukses disana, apapun profesinya. Dengan catatan kamu harus sungguh-sungguh dalam belajar. Ingat kuncinya hanya serius!” jawab ku pada anak kelas 5 itu dan di ikuti dengan nada setuju dari mereka anak kelas 3 yang ikut mendengarkan.

Bisa jadi, mimpi itu bagaikan raungan monyet yang saling bersautan di atas pohon kelapa. 
Bisa jadi, mimpi itu seperti layang-layang yang terbang karena tertiup angin.  
Bisa jadi, mimpi itu beraroma wangi seperti rerumputan yang basah setelah diguyur hujan. 
Bisa jadi, mimpi itu memang sesuatu yang terdengar aneh dan gila. 
Bisa jadi, apa yang kalian tuliskan tentang mimpi, adalah kenyataan dari segala yang orang lain pikir tak akan mungkin terjadi. 
(Rif'at Darajat, Indonesia Mengajar 2015).
Seperti kata mbak Rif’at Darajat diatas, apapun itu kata “Bisa jadi”  kelak akan menjadi kenyataan, percayalah itu. Setidaknya hal itulah yang ingin kutularkan kepada adik-adik ku di Rumah Mengajar Jebres. 

Dari cuap-cuap ceria tentang mimpi dan cita-cita bersatu pada satu keyakinanan yakni doa dan usaha. 
Bisa jadi, Saya belum pantas menjadi guru bagi mereka. Tapi saya juga ingin menjadi bagian dari perjalanan mimpi mereka. Saya hanya memiliki harapan yang sederhana. Saya tak pernah berharap menjadi orang yang spesial di mata mereka. Saat ini, berbagi waktu bersama mereka merupakan suatu kebahagian tersendiri.” 

Komentar

Postingan Populer