Keterwakilan Rasa



Keterwakilan Rasa 

(Membaca Fenomena Maraknya Novel dibanding Puisi) 

Oleh:
Desi Ela Putri Anggraini
anggradesi.elao@gmail.com


Gambar: Google.com
Setiap karya atau tulisan mempunyai rasa masing-masing. Rasa dimana nilai estetik setiap tulisan tentu berbeda, dan hal ini merupakan suatu gambaran yang memberikan kita sebuah alasan dimana setiap karya akan mempunyai penikmatnya sendiri. Seperti halnya kopi, sepahit apapun itu "kopi tetaplah kopi", walau dengan karakter kuat dan tegas akan tetap dicintai oleh siapapun yang memang mencintainya sejak awal. Hal ini menjadi senada ketika kita berbicara mengenai karya sastra. Setiap karya, baik itu novel, cerpen, dan puisi tentu mempunyai keunggulannya masing-masing. Citra rasa dari ketiganya akan mempunyai kekuatannya sendiri.

Membaca Sekilas dari Sudut  Pandang Pembaca

Setiap pembaca akan mempunyai cara tersendiri dalam menikmati sebuah tulisan atau karya sastra. Ia yang cinta akan bacaan ringan tentu memilih cerpen sebagai bacaanya, hal ini dikarenakan cerpen memberikan sebuah jawaban akan keinginan dari penikmatnya. Berbeda dengan ia yang cinta tentang kisah-kisah bernuansa kompleks, dengan gaya yang detail dalam bercerita, tentu pembaca dengan kesukaan tersebut akan memilih novel sebagai jawaban atas apa yang ingin ia baca. Hal yang sama juga akan terjadi pada orang dengan kesukaan tulisan bernuansa ringan sekaligus bersifat metafor akan memilih puisi sebagai bacaanya. Namun tidak menutup kemungkinan, ada beberapa orang yang juga menikmati ketiga karya tersebut baik itu novel, cerpen atau puisi. Seperti yang telah kita bicarakan diatas bahwa setiap tulisan atau karya akan mempunyai penikmatnya sendiri.

Menurut pengamatan saya banyaknya cetakan novel atau cerpen di toko-toko buka ada kaitanya dengan minat baca dari masing-masing pembaca. Seperti yang kita tahu bahwa pembaca cukup mempunyai andil atas penciptaan sebuah karya sastra. Hal inilah yang mendorong adanya relasi antara pengarang, pangsa pasar dan penerbit. Banyaknya cetakan novel dan kumpulan cerpen ditoko buku berkaitan erat akan pangsa pasar. Hal ini agaknya yang membuat karya sastra diciptakan sesuai dengan selera pasar dalam hal ini pembaca yang menjadi parameternya.

Membaca Sekilas Sudut Pandang Pengarang (Sebagai Pencipta Karya Sastra)

Pengarang atau penulis akan mempunyai karakter kepenulisanya masing-masing. Hal ini justru yang menentukan bagaimana ia menciptakan karya sastra. Pengarang dengan gaya spontan dan ringan namun ingin bermetafor akan menulis puisi sebagai tulisanya. Hal ini juga berlaku dengan terhadap novel ataupun cerpen. Puisi mempunyai karakter berneda dengan novel ataupun cerepn, jika novel dan cerpen bersifat deskriptif, berbeda dengan puisi yang justru terkesan padat dan singkat dengan gaya metafor sebagai cirinya. Walau puisi kini juga ada yag bersifat deskriptif seperti puisi liris. Namun menurut pendapat saya mengenai sedikitnya buku-buku puisi yang dijual ditoko buku bukan sebagai sebuah masalah besar. Hal ini tentu sebagai sebuah akibat dari adanya pembaca sebagai penikmatnya. Terdapat beberapa kemungkinan mengapa puisi jarang diminati:

1. Puisi dengan karakternya yang singkat, akan memberikan sebuah interpretasi khusus yang harus ditangkap pembaca. Hal ini juga tidak terlepas dengan banyaknya simbol yang digunakan dalam ekspresi puisi tersebut.

2. Adanya konvensi masyarakat yang berkaitan dengan anggapan bahwa karya yang bagus adalah karya yang mudah untuk dipahami sekaligus tidak terkesan murahan dari segi tulisan dan sarat nilai. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa puisi juga banyak peminatnya, namun pengarang masih terkungkung oleh adanya tren.

Menurut hemat saya hal lain yang memungkinkan banyaknya cetakan novel dan cerpen di toko buku namun sedikit cetakan puisi adalah adanya kecenderungan gaya "latah" dari para penulis dalam menulis karya sastra. Hal ini juga disebabkan oleh adanya selera pasar sebagai penyetir dunia penerbitan. Dengan adanya kecenderungan inilah dapat disimpulkan bahwa agaknya pembaca yakni kita sebagai parameternya sedang dirundung kesukaan terhadap karya novel dan cerpen, sehinggap pengarang dan penerbit membaca peluang tersebut.

Komentar

Postingan Populer