Membaca; Dua Mei pada Dua Ribu Tujuh Belas
Gambar: Google.com |
Tak ada yang istimewa pada bulan itu, terlebih bukan juga bulan lahirmu pun lahirku
Namun, diseberang pulau yang konon tersebut dalam sebuah dongeng
Ada seorang anak berhati murung, bercerita bahwa ia tengah sedih
“Mengapa bersedih? Apa hal yang menganggu pikirmu?”
Menggeleng kepala sambil tersedu menangis
“Jembatan kami roboh, sungai membawa lari kayu-kayunya”
Sudah dua pekan
“Lantas apa yang membuatmu resah”
Salah seorang menjawab “besok kami ada tes di sekolah”
“Bu guru bilang seragam kami harus rapi” salah satu anak menyaut “bagaimana bisa, kini kami bermusuh air”
Dari seberang mereka harus berjalan tujuh kilometer untuk ke sekolah dan kini jembatan mereka roboh,
“sungai itu bawa lari jembatan kami”
Seorang anak menatap muram ke sungai, dia bilang kemarin bukunya hanyut saat berenang
“kami takut, tak hanya buku yang bisa hanyut, namun tubuh kami pun bisa terbawa lari sungai, macam kayu-kayu kami dibawanya” lagi- lagi mata anak itu berair membanjiri pipi kecilnya
Yang lain justru terisak sambil terus berfikir bagaimana cara membawa diri keseberang
—Dua
mei, bulan yang menjadi potret rekam jejak wajah baru pendidikan. Negeri
dongeng, yang konon katanya semua berhak atas pendidikan layak Mari membaca kisah di sebuah
pulau di negeri dongeng, anaknya-anaknya masih harus berjuang mempertahankan semangat
hidup meraih pendidikan.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan kesanmu, dan kritik aku